KISAH MAHABHARATA PANGERAN SAKUNI (Bagian 3)

"Dalam pikiran Sakuni, kebodohan Bhisma karena membiarkan dia hidup. Ia tersenyum lagi dan memicingkan matanya. Orang orang pintar, orang orang perkasa kadangkala menganggap sepele sesutau yang kecil. Mereka lupa, kereta berjalan hanya karena ada skrup kecil yang menghalangi roda terpental. Benda kecil terbuat dari baja. Bila benda itu patah, semua pengendara kereta akan ambruk. Sakuni tersenyum lagi, lalu meneguk anggur yang harum baunya. “Engkau akan merasakan sakitnya”

JMA I Ketut Puspa Adnyana

12/28/20254 min read

Bagian 3

Matahari belum akan menuju peraduan, sinar keemasan menerpa wajah Pangeran Sakuni yang beku. Ia merasa dibenci dan diejek oleh alam. Burung burung yang berkicau di taman seolah mentertawai dirinya: “Sakuni engkau tidak lebih dari sampah yang teronggok busuk”, kicau burung itu seperti menghantam dadanya. Bunyi dedaunan yang beradu berisik menikam jantung sang pengeran. Dunia yang kejam telah menghancurkan sisi kemuliannya. Ia terbakar oleh dendam yang mendalam. Hancurkan Hastinapura. Pangeran Sakuni yang bertubuh kecil dan hancur, dengan mata sipit dan besar sebelah menjadikannya tampak mengerikan. Lebih lsbih hari ini ketika ia merasakan semua orang membencinya.

Kakaknya, Dewi Gandari telah menjadi permaisuri Hastinapura. Ia melihat sang kakak telah nyaman dalam keagungan Hastinapura dan sedikit demi sedikit telah menjadi orang Hastinapura, dan akhirnya sempurna melupakan perlakuan Hastinapura terhadap keluarga dan kerarajaan Gandara. Pangeran Sangkuni tidak melihat ada satu orangpun yang menyukainya. Ia melihat wajah iparnya Maharaja Destarata, Si Buta itu. Hati Pangeran Sakuni ingin melumat Hastinapura dengan remasan tangannya. Benda yang ia pegang dan selalu berada dalam kantongnya, dadu, bergetar. “Engkau akan hancur”, suara itu menggelagar dan gemuruh di hati Pangeran Sakuni.

Pangeran kemudian membalik badannya mendadak dan memandang ke Selatan, betapa bencinya ia pada Kerajaan Dwarawati. Disana ada Sri Krisnha yang akan menjadi musuh utamanya, yang asalnya tidak jelas. Apakah orang ini putra Dewaki atau siapa, Pangeran Sangkuni meragukan ke-awatara-an Sri Krishna. Berbeda dengan Kakaknya Baladewa yang tampak lemah namun bijaksana dan menunjung tinggi kesopanan. Pengeran Sakuni mengepalkan tangannya. Inilah penghalangnya. Ia berpikir untuk menghancurkan dulu Dwarawati. Dengan hancurnya Dwarawati ia akan sangat mudah menghancurkan seluruh Trah Kuru.

“Suyudana…ah keponakanku! Engkau bagian dari rencana besar ini. Namun engkau juga harus musnah. Tidak satupun boleh selamat”. Pangeran Sakuni tertawa terbahak bahak. Menyadari betapa hebatnya dirinya. Hanya seorang Sakunilah yang mampu berpikir sehebat ini, menghancurkan seluruh bagian dari kerabatnya atas nama kebencian.

Pangeran Sakuni berggas menuju ruang kerjanya. Kerajaan Gandara ini seperti sebuah markas tempat perencanaan makar terhadap Hastinapura. Posisi pangeran Sakuni sebagai ipar maharaja. Adik sang permaisuri sangat sempurna. Sangkuni mengambil kain yang tergulung ada beberapa nama penting di dalamnya. Nama nama kaum pemberontak, nama nama kaum yang mudah untuk dipengaruhi dalam pergerakannya hanya karena harta. Kaum kaum pemberontak tercatat Mayasura, Tasaka pelanjut wangsa Naga, Basuki yang telah sepuh, Ekalawiya pemanah yang berani wangsa Nisada. Ada nama Purocana saudagar dan ahli bangunan. Sakuni terkekeh dan merencanakan sebuah siasat.

Namun Pangeran Sakuni tiba tiba dihantui oleh wajah Rsi Bisma yang agung, Mahamenteri Widura yang bijaksana. Pangeran Sakuni berhenti melangkah ke ujung taman dan diam.

“Dua orang ini berpengaruh, tetapi juga harus menjadi hitungan utama, tapi bukan penghalang utama. Ah..Sri Krishna mengapa engkau ada, pegembala domba?”, batin Pangeran Sakuni bergolak. Sakuni tidak mempertimbangkan Pandawa, karena mereka hanyalah boneka Sri Krishna yang lemah. Lalu, Pangeran Sakuni menuju pandopo dekat kolam. Ia memandangi seisi taman ini. Ia sadar dan masih terbayang. waktu kecil taman ini tidaklah seindah selarang ini. Istana Gandara direnovasi Maharja Destarata astas permintaan sang permisuri, karena dihancurkan oelh Rsi Bhisma di masa lalu. “Bhisma Bhisma…betapa bodohnya engkau. Hanya demi keangkuhanmu, yang tidak berpikir panjang, engkau mengabaikan perempuan secantik Dewi Amba”. Pangeran Sakuni menggelang gelangkan kepalanya. Andaikata Rsi Bhisma menikahi Dewi Hamba, Sakuni yakin negerinya tidak akan pernah hancur. Kebencian Rsi Bhisma terhadap dirinya sendirilah yang membuat karakter mengahncurkan, disamping juga karena Dewa Brata juga sangat tangguh. Pangeran Gandara masih dapat membayangkan, saat ia sembunyi dalam kolong peraduan ayahandanya Raja Subala. Lalu ia diseret dari bawah kolong dan langsung dibawa ke Hastinapura. Sakuni tersenyum, menyadari keberuntungannya, dan menyayangkan betapa bodohnya Bhisma.

Dalam pikiran Sakuni, kebodohan Bhisma karena membiarkan dia hidup. Ia tersenyum lagi dan memicingkan matanya. Orang orang pintar, orang orang perkasa kadangkala menganggap sepele sesutau yang kecil. Mereka lupa, kereta berjalan hanya karena ada skrup kecil yang menghalangi roda terpental. Benda kecil terbuat dari baja. Bila benda itu patah, semua pengendara kereta akan ambruk. Sakuni tersenyum lagi, lalu meneguk anggur yang harum baunya. “Engkau akan merasakan sakitnya”, geramnya.

Sakuni memikirkan cara lagi, sebuah siasat. Ia memanggil Tatsaka untuk melakukan kekacauan bahkan bila perlu membunuh semua isi Istana Hastinapura” Karna, Bayusena..sialan, kanak kanak yang tidak pernah kubayangkan bisa menghancurkan rencanaku untuk menyerang Hastinapura dari dalam. Bajingan Taksaka,,siluman naga brengsek yang tidak berotak”. Sakuni tidak pernah membayangkan kanak kanak yang bernama Karna, Bayusena itu bisa muncul dalam perlawanan dan menghalau bangsa naga. Sejak itu Pangeran Sakuni, mencatat nama Karna sebagai “orang” penting yang harus dimanfaatkan. Pangeran Sakuni tenggelam dalan pengaturan siasatnya.

Seoarang pelayana menemui Pangeran Sakuni dan menyampaikan seseorang akan bertemu. Sakuni menuju sebuah pandapo di pojok taman yang berwarna keemasan, adan meja marmer bewarna kekuningan dengan guratan guratan yang indah. Seorang yang tampak menjaga penampilannya nampak mendekatinya. Seorang Saudagar kaya. Pangeran Sakuni, bangkit dari duduknya menyambut tamunya.

“Salam Paduka…”, kata Abicaraka. Untuk orang orang seperti Abicaraka boleh berbicara sangat dekat dengan Pangeran Gandara. Karena seluruh pemboaraannya bersifat rahasia. Tidak mungkin ABicaraka bisa sampai pada Pangeran Sakuni kalau tidak melalui beberapa kali pemeriksaan.

“Engkau tampak berwibawa…ssaudaraku. Kali ini tugasmu sangat penting bagi kebangkitan kerajaan kita ini. Keberhasilan perjuangan kita karena peranmu. Karena itu, aku memanggilmu. Aku mendengar engkau sangat cerdas dan licin. Ini adalah ujian pertamamu sebelum engkau benar benar aku tempatkan pada kedudukan yang penting dalam istana Gandara ini”, kata Sakuni meyakinkan.

“Baik Paduka saya akan mengerahkan segala pelajaran dan pengetahuan yang saya miliki untuk negeriku ini. Perintahkanlah kepadaku apa yang harus hamba lakukan?”, kata pemuda yang tampak terpelajar itu. Sakuni menggut manggut dan gembira atas jawaban Abicaraka.

‘Engkau harus menemui pemuda pemanah itu, dengan caramu yang paling baik. Katakan bahwa engkau diutus olehku dan bawalah empat kantung uang emas ini. Apakah engkau sudah sangat mengerti apa yang harus engkau atakan pada pemuda Nisada itu?”, kata Sakuni berwibawa sambil memastikan tugas yang ia berikan kepada pemuda itu berhasil.

“Aku mengerti dengan baik Paduka”,

“Pergilah…dan katakan serang pada saat yang tepat kota di tepi pantai Timur itu”, kata Sakuni tanpa menunggu lagi. Pemuda itu mengambil empat kantung uang emas, kemudian mohon diri. Sepeninggal pemuda itu seorang prajurit menghadap.

“Segera engkau ikuti kemanapun ia pergi dan laporkan segara”, kata Sakuni memberikan perintah. Pajurit yang tampak kekar dan kuat itu menyebah dan pamit. Pangeran Sakuni tidak mudah mempercayai orang, dalam setiap langkahnya ia membuat lapisan lapisan yang saling mengontrol tetapi tanpa diketahui satu sama lain.

Tidak ada yang melebihi Sakuni dalam siasat kecuali Avatara Yang Agung Sri Krisna, rival terberatnya

(Kendari 11022020).