KISAH MAHABHARATA PANGERAN SAKUNI BAGIAN 4
Rsi Bhisma atau Pangeran Dewabrata, pelindung Hastinapura dikunjungi Mahamenteri Widura, yang juga kemenakannya. Wudura yang tenang melaporkan adanya tanda-tanda Pangeran Gandara adik Dewi Gandari melakukan makar, untuk menjatuhkan Hastinapura. Bhisma juga mengetahui hal itu. Bhisma menyarankan agar Widura melakukan kajian yang lebih mendalam, karena ini menyangkut adik ipar raja.
JMA I Ketut Puspa Adnyana
12/28/20254 min read


Bagian 4
Sekawanan burung bangau putih berjajar terbang dari timur ke barat, melintas membelah kota. Jajaran membentuk anak panah, melesat. Menuju peraduan membawakan anak anak makanan. Burung burung kecil di taman, riuh, bersembunyi di sudut sudut taman kota. Sesekali nampak jatuh, kemudian mengepak. Di langit agak tinggi dibawah awan kekuningan, kepakan bangsa kalong menuju sumber buah. Mencari makan, malam. Kesibukan manusia, siang malam cari makan seperti kota besar Hastinapura.
Senja hari Kota Gajah Oya, Ibukota Hastinapura nampak ramai. Kota Gajah Oya merupakan kota terbesar di seluruh wilayah Bharatawarsa. Bukan saja pusat pemerintahan, juga pusat pengembangan ekonomi, kesenian, kebudayaan, pendidikan, arsitektur dan pabrik pabrik utama. Kota ini dirancang arsitek dari Perguruan Mayasura, yang termasyur memiliki arsitek kenamaan. Jalan utama yang berwibawa yang hanya dapat dilalui kelompok punggawa dan pegawai kerajaan. Untuk kereta kerajaan yang indah.
Ornamem penerangan jalan di kiri kanan dirancang indah dengan lampu hias. Membuat kota cermerlang di malam hari. Taman taman di berbagai sudut kota yang dihiasi kolan dan bunga warna warni, kemilau merindu. Patung gajah besar di pusat kota berwarna putih membuat kota berwibawa menjadi pusat keramean. Senja hari lapak lapak mulai betebaran menjajakan berbagai makanan dan minum yang hangat. Senda gurau, dan kedengaran tawa sana sini berbaur lagu lagu gembira. Perempuan pesoleh, duduk memandang keramaian, menjadi pandangan yang penuh gairah.
Warga kota duduk duduk di taman berkerumun dan bercerita tentang ketangkasan para Pengeran Kuru. Bergunjing sambil menghibur diri. Arjuna karena kemahirannya segera saja menjadi topik yang hangat. Murid kesayangan Dronacharya, Arjuna. Sesekali terdengar orang orang memuji kedermawanan Pangeran Suyudana. Suyudana putra sulung Maharaja Hastinapura, Derestaratha. Ia dan adik adiknya suka mengunjungi kantong kantong miskin dalam kota dan daerah, sambil bermain. Orang-orang tertawa, terkekeh ketika menceritakan tentang kekuatan Bima. Bukan saja karena badannya yang besar dan kuat, tetapi mengenai makan. Bima dapat menghabiskan lima porsi untuk dirinya sendiri. Kesetiakawanan Panca Pandawa dibangun sejak kecil atas bimbingan Ibunya: Dewi Kunti. Putra Pandu yang nampak tenang dan pendium. Mereka hidup sederhana. Berbeda dengan Pangeran Suyudana dengan seratus saudaranya hidup dalam kemewahan, karena ia anak raja yang sedang berkuasa, Maharaja Drestaratha suami Dewi Gandari.
Pangeran Sakuni adalah paman Seratus Kurawa. Ibusuri Dewi Gandari putri kerajaan Gandara, kakak Pangeran Sakuni, adalah Ibunda para Kurawa. Sepeninggal ayahnya, Raja Subala, Pangeran Sakuni satu satunya penerus Wangsa Gandara. Pangeran Sakuni lebih banyak berada di Hastinapura, mendampingi kemenakannya. Lagi pula, Rsi Bhisma memiliki hubungan emosional dengan Pangeran Sakuni, yang ia bawa bersama Dewi Gandari. Entahlah, Pangeran Sakuni memiliki keiingnan terselubung.
Keberadaan Pangeran Sakuni di Hastinapura, bukanlah hal kebetulan, ia ipar Maharaja Drestaratha. Sakuni memiliki sebuah tujuan besar. Tujuan yang hanya ia sendiri mengerti mengapa ia sangat ingin menghancurkan Hastinapura. Sebagai kerajaan bawahan, tentu saja semua tahu tidak akan mampu mengalahkan Hastinapura yang besar. Kejayaan Hastinapura di muka bumi karena dilindungi oleh sumpah Dewabaratha, seorang ksatrya yang sangat gagah dan tangkas.
Pangeran Sakuni mampu menggerakkan sebuah taktik dan strategi perang dengan cara lembut, yaitu muslihat. Sebuah taktik perang yang tidak membutuhkan tentara dan senjata, namun kecerdasan dan kelicikan. Hanya manusia manusia yang berkarakter rendahan dapat mengembangkan teknik ini. Tetapi kecemburuan dan kedengkian serta dendam kesumat kadang manusia rela menerima akibat terburuk untuk mencapai tujuannya. Perbuatan adalah cerminan dari wajah manusia. Sakuni memiliki semua sarat tersebut. Muslihat adalah perang yang hemat, pikir Pangeran Gandara.
“Muslihat adalah strategi perang paling murah”, desah Pangeran Sakuni setiap saat, sambil mengepalkan tangannya.
Senja itu segerombolan orang duduk di sebuah warung makan. Mereka menunjukkan sikap yang bersahabat dan nampak saling menggoda. Seseorang nampak lebih unik. Sikapnya yang akrab membuat orang orang dalam kota tidak menaruh curiga. Dari pakaian yang dikenakan mereka adalah warga Hastinapura, mereka menikmati tehcai. Tehcai semacam teh yang dicampur dengan rempah, gula merah dan susu untuk menghangatkan badan.
Seorang berkuda mendekati warung dan mengikat kudanya di depan warung pada tonggak yang sengaja disedikan untuk menambatkan kuda. Orang itu berperawakan tinggi, nampak dari pakaiannya ia orang yang berpengaruh di wilayah itu, Orang menyapa dan menyampaikan salam. Ia disambut oleh seseorang yang tampak sangat menghormatinya, kemudian ia menyerahkan sekantong uang dan sepucuk surat.
Setelah berbasa basi dan menghabiskan minumannya, orang itu meninggalkan warung dan memacu kudanya ke arah ibukota. Sepeninggal orang berkuda itu, tampak seorang yang menikmati minuman di pojok bergeser dan menuju penjaga warung, membayar beberapa keping logam lalu mohon diri. Orang orang yang tadi menyambut penunggang kuda tetap bersendagurau.
Hari telah menunjukkan semakin gelap, senja beralih menjadi malam. Obor obor yang dipasang di beberapa tempat membuat pesanggrahan Pangeran Sakuni nampak terang. Ia sedang memainkan dadu kebanggannya. Dadu itu terbuat dari tulang paha kiri ayahnya, Raja Subala. Dadu itulah salah satu alat yang ampuh kelak menghancurkan Hastinapura. Hanya serpihan tulang paha. Pangeran Sakuni mengelap dengan baik dan perlahan dua buah dadu itu. Benda itu seperti sangat ia sayangi.
Seorang prajurit melaporkan kedatangan seseorang kepada Pangeran Sakuni. Sakuni menyimpan dadunya dalam sebuah kotak yang terbuat dari emas. Ia memerintahkan prajurit memanggil orang yang mau menemuinya. Orang itu berjalan agak cepat lurus menuju Pangeran Sakuni, sesekali ia menoleh ke kiri dan kanan untuk kewaspadaan. Orangnya tinggi agak jangkung dpinggangnya tergantung pedang seorang perwira menengah. Pangeran Sakuni dengan senang dan gembira menyambut tamunya. Mereka tampak bergembira dan merasa tujuan yang mereka rencananya akan segera terwujud. Beberapa saat kemudian Pangeran Sakuni masuk ke kamarnya. Prajurit itu nampak gelisah, namun ia menekan kegelisahannya dengan menyenandungkan lagu lagu umum yang dipahami rakyat. Kisah Kusa dan Lawa putra Sri Ramachandra murid dari Maharsi Walmiki, penulis Ramayana.
Pangeran Sakuni menyerahkan sebuah kantung, yang berisi uang logam. Kemudian prajurit itu membungkuk dan mengundurkan diri. Pangeran Sakuni menghadapkan wajahnya pada arah rembulan di timur, ia menggerakkan tangannya seperti menghitung hari. Lalu ia menyapu janggutnya dan tersenyum puas. Ia menunggu bulan gelap, sebuah saat yang bagus menerapkan muslihatnya.
Ilustrasi'Gambar Bhisma dan Widura-Kolaborasi AI.
Brand
Explore our sleek website template for seamless navigation.
Contact
Newsletter
info@email.com
Oo
© 2024. All rights reserved.